Kedatangan Devadata di Bandung ini merupakan kali pertama mereka untuk menghibur publik Bandung. Seperti yang dilansir Asia Indie Video, Bodhas pentolan grup metal senior ini mengaku senang karena bisa bermain perdana di hadapan publik Bandung.
Band yang digawangi oleh Bodhas (vokal, gitar), Roy (bass), Dandu
(drum) dan Ronald (gitar) merasa kagum dan memberikan acungan jempol
untuk skena musik di Bandung. Eksklusif kepada Praoto mereka menceritakan pengalamannya selama bermain di Bandung Berisik 2013.
“Jam sepuluh pagi, gerbang masih baru dibuka itu udah banyak yang ngantri sambil
duduk-duduk di pinggir jalan. Kalau di Surabaya kan penonton baru
dateng sore-sore soalnya males panas. Kalau di Bandung ini penontonnya
lebih niat, mereka nggak mau rugi udah bayar ya harus nonton pertunjukan dari awal sampai habis,” cerita Ronald, gitaris Devadata.
Antusiasme warga kota Bandung terhadap scene musiknya, memang terasa berbeda dengan Surabaya. Pada saat Devadata tampil, para penonton pun maju dan ber-head banging ataupun pogo bersama. Bahkan sebagian besar penonton hafal dan menyanyikan lagu-lagu Devadata dari awal sampai akhir.
Terlebih ketika lagu “JTA (Jancuk, Taek, Asu)” digeber sebagai
pamungkas, semua penonton secara serempak ikut bernyanyi bersama. Hal
ini mengukir memori pengalaman berharga bagi semua personel Devadata.
Meskipun Devadata merupakan band dari kota lain, publik Bandung tetap
memberikan apresiasi penuhnya. Atmosfer ini terasa sangat berbeda
dengan kondisi di Surabaya. Hal ini diakui oleh Ronald, “Kalau Surabaya
ini masih ngotak-ngotak,bahkan ada istilah ‘lek gak konco, yo gak teko’ (kalau bukan teman, ya tidak mau datang),” ungkap pria berambut gondrong ini.
Padahal, menurut Devadata, sebenarnya untuk segi musik dan teknologi,
Surabaya tidak kalah bersaing dengan Bandung maupun kota-kota lain.
“Surabaya ini aslinya bisa bikin acara kayak Bandung Berisik gini, untuk
segi alat-alat sound yang canggih Surabaya juga punya.
Musikalitas para musisi Surabaya juga sudah bagus-bagus. Tinggal
apresiasi dari para penontonnya aja yang kurang,” Ronald menambahkan.
Sebagai band yang lahir dan besar di Surabaya, Devadata pun
menghimbau kepada arek-arek Suroboyo untuk lebih mendukung scene
musiknya. “ Ya support lokal aja lah, dukung terus musik-musik di
Surabaya, apapun genrenya, jangan mengotak-ngotak. Kuatin dalam kota
sendiri dulu. Di Surabaya kan nggak. Yang lokal-lokal malah jadi pembuka
kalo pas ada acara yang tandem dengan band luar Surabaya,” himbau Dandu
yang diamini oleh sang bassist, Roy.
“Tamu” dari Timor Leste
Selain ditonton oleh masyarakat Bandung, di Bandung Berisik 2013 lalu
Devadata juga kedatangan tamu istimewa yang jauh-jauh datang dari Timor
Leste. Tentu saja mereka datang karena salah satu lagu Devadata yang
berjudul sama dengan daerah asal mereka yaitu “Timor Leste”. Sambil
membawa-bawa bendera negaranya, mereka menonton dengan tertib tanpa
membuat kerusuhan sedikitpun. Sungguh pemandangan yang cukup unik
terjadi saat itu jika mengingat negara kita dulu terlibat perselisihan
yang cukup pelik dengan Timor Leste.
Membawakan sekitar tujuh lagu, Devadata berhasil mengguncang publik
Bandung. Bahkan penampilan Devadata pun tak kalah dengan band-band
kawakan lain dari Jakarta ataupun Bandung. Terbukti, Devadata berhasil
tampil di main stage Bandung Berisik: Me vs The World Stage, satu panggung dengan Seringai, Burgerkill, Jasad dan Dead Squad.
Eksistensi Devadata selama lima belas tahun di scene musik
Indonesia ini membuahkan hasil yang cukup manis bagi mereka. Namun
perjuangan mereka masih belum selesai, saat ini Devadata sedang merekam
album keempat dan bercita-cita go international. Bulan Mei ini mereka berencana mengadakan tur di berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.